Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan: Relevansi dengan Konteks Lokal Sosial Budaya di Daerah Nusa Tenggara Timur



Pemikiran Filosofis Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan: Relevansi dengan Konteks Lokal Sosial Budaya di Daerah Nusa Tenggara Timur

  • Oleh: Roberto Tutpai

Abstrak

    Ki Hadjar Dewantara (Ki Hajar Dewantara) adalah tokoh pendidikan Indonesia yang sangat berpengaruh. Pemikiran filosofisnya tentang pendidikan menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang relevan dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur adalah pemikiran tentang pendidikan sebagai proses pembudayaan, mengintegrasikan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah, dan pendidikan untuk semua. Implementasi pemikiran-pemikiran di atas dapat membantu mewujudkan pemikiran Ki Hajar Dewantara 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' yang relevan dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur. Dalam implementasinya, perlu dilakukan kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk memperkenalkan dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya daerah ke dalam pembelajaran. Selain itu, perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran serta memberikan akses pendidikan yang sama kepada semua murid.

Pendahuluan

    Ki Hadjar Dewantara (Ki Hajar Dewantara) adalah tokoh pendidikan Indonesia yang sangat berpengaruh. Pemikiran filosofisnya tentang pendidikan menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantara (Ki Hajar Dewantara) adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang sangat berpengaruh. Pemikiran filosofisnya tentang pendidikan telah menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di Indonesia. Berikut adalah beberapa poin penting tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan:

1. Menurut Ki Hajar Dewantara, hakikat pendidikan adalah usaha memasukkan nilai-nilai budaya ke dalam diri anak, sehingga membentuknya menjadi manusia yang utuh baik jiwa dan rohaninya.

2. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan sebagai proses pembudayaan, yaitu mengintegrasikan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah ke dalam pembelajaran.

3. Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan untuk semua, yaitu memberikan kesempatan pendidikan kepada semua orang tanpa kecuali. Ki Hajar Dewantara mengembangkan konsep Tripusat Pendidikan, yang tekanan keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam menunjang keberhasilan pendidikan.

4. Ki Hajar Dewantara juga mengembangkan konsep Merdeka Belajar, yang menekankan pada kemandirian dan kemandirian belajar murid.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan sangat relevan dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur. Implementasi pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat membantu memperkenalkan dan mengintegrasikan nilai-nilai budaya daerah dalam pembelajaran serta melibatkan keluarga dan masyarakat dalam menunjang keberhasilan pendidikan. Selain itu, pemikiran Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya memberikan kesempatan pendidikan kepada semua orang tanpa kecuali, yang dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di daerah Nusa Tenggara Timur dan membantu mengurangi kesenjangan sosial.Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dapat dikategorikan ke dalam tiga bagian, yaitu:

1.  Pendidikan sebagai proses pembudayaan

    Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai proses pembudayaan. Artinya, pendidikan tidak hanya sekadar transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Proses pembudayaan melalui pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain:

a. Menanamkan nilai-nilai budaya melalui kurikulum. Kurikulum pendidikan harus memuat nilai-nilai budaya bangsa, seperti nilai-nilai Pancasila, agama, dan budaya lokal. Nilai-nilai tersebut dapat ditanamkan melalui berbagai mata pelajaran, seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, dan muatan lokal.

b.   Menciptakan lingkungan budaya yang kondusif. Lingkungan sekolah harus diciptakan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung proses pembudayaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menata lingkungan sekolah dengan nuansa budaya, seperti memasang hiasan-hiasan atau simbol-simbol budaya, serta mengadakan kegiatan-kegiatan yang bernuansa budaya.

c.  Mendorong peserta didik untuk aktif dalam kegiatan budaya. Peserta didik harus didorong untuk aktif dalam berbagai kegiatan budaya, seperti kegiatan seni, olahraga, dan keagamaan. Hal ini akan membantu peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan apresiasi terhadap budaya.

d.   Memberikan contoh perilaku yang baik. Pendidik harus memberikan contoh perilaku yang baik kepada peserta didik. Hal ini penting karena peserta didik akan mencontoh perilaku pendidiknya. Pendidik harus berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa, seperti berperilaku santun, jujur, dan bertanggung jawab.

2.   Mengintegrasikan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah

    Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah dalam pendidikan. Nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah dapat menjadi landasan pembentukan karakter peserta didik. Berikut adalah beberapa contoh penerapan integrasi nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah dalam pendidikan:

a.     Mengajarkan tari tradisional kepada siswa di sekolah.

b.     Memperingati hari-hari besar nasional dan keagamaan di sekolah dengan cara yang bernuansa budaya daerah.

c.      Mengadakan pentas seni budaya daerah di sekolah.

d.     Mengundang tokoh-tokoh budaya daerah untuk memberikan ceramah kepada siswa di sekolah.

e.      Melakukan kunjungan wisata ke tempat-tempat bersejarah dan budaya daerah.

Integrasi nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah dalam pendidikan sangat penting untuk dilakukan agar generasi penerus dapat memiliki pemahaman dan apresiasi yang baik terhadap budaya daerah. Selain itu, integrasi nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah juga dapat membantu untuk memperkuat karakter generasi penerus sehingga mereka dapat menjadi generasi penerus yang tangguh dan berbudaya.

3.     Pendidikan untuk semua

    Ki Hajar Dewantara berpandangan bahwa pendidikan harus diperuntukkan bagi semua, tanpa memandang latar belakang. Pendidikan merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi.

    Pendidikan untuk semua (Education for All, EFA) adalah gerakan global yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua orang memiliki akses yang adil dan berkualitas ke pendidikan dasar dan menengah yang gratis dan wajib. Gerakan ini diprakarsai oleh UNESCO pada tahun 1990 dan didukung oleh banyak negara di dunia.

Tujuan dari pendidikan untuk semua adalah untuk:

a.     Memastikan bahwa semua anak, terlepas dari jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, atau disabilitas, memiliki akses ke pendidikan dasar dan menengah yang gratis dan wajib.

b.     Meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah sehingga semua peserta didik dapat mengembangkan potensi mereka secara penuh.

c.      Menghilangkan kesenjangan pendidikan yang disebabkan oleh jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, atau disabilitas.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang Relevan dengan Konteks Lokal Sosial Budaya di Daerah Nusa Tenggara Timur

    Dalam konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur, pemikiran Ki Hajar Dewantara yang relevan adalah pemikiran tentang pendidikan sebagai proses pembudayaan dan mengintegrasikan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah. Pemikiran Ki Hajar Dewantara (Pendidikan yang Berpihak pada Murid) memiliki relevansi yang besar dengan konteks sosial budaya lokal di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT).  Nusa Tenggara Timur adalah provinsi yang kaya akan keberagaman budaya, bahasa, dan tradisi. Dalam menghadapi tantangan pendidikan di Nusa Tenggara Timur, beberapa pemikiran Ki Hajar Dewantara yang relevan dapat menjadi dasar dalam merancang sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berorientasi pada murid. Beberapa aspek yang relevan Pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam konteks Nusa Tenggara Timur meliputi: Pendekatan fokus pada murid, Kepedulian terhadap Kebutuhan Individu anak Nusa Tenggara Timur, di mana beragam budaya dan bahasa cukup banya. Nusa Tengara timur Juga merupakan propini kepuauan sehingga memiliki bermacam-maca,m keanekaragaman.  Sehingga Sistem pendidikan harus memahami kebutuhan individu dan memberikan dukungan yang sesuai untuk setiap murid. Hal ini dikarenakan masih banyak anak-anak di daerah Nusa Tenggara Timur yang tidak memiliki akses ke pendidikan, terutama anak-anak perempuan dan anak-anak dari kelompok miskin dan marginal.

1.     Pendidikan sebagai proses pembudayaan

Daerah Nusa Tenggara Timur memiliki kearifan budaya daerah yang sangat kaya. Nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah Nusa Tenggara Timur, seperti sopan santun, gotong royong, dan kepedulian sosial, dapat menjadi landasan pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan sebagai proses pembudayaan sangat penting untuk dilakukan agar generasi penerus dapat memiliki pemahaman dan apresiasi yang baik terhadap budaya bangsa. Selain itu, pendidikan sebagai proses pembudayaan juga dapat membantu untuk memperkuat karakter generasi penerus sehingga mereka dapat menjadi generasi penerus yang tangguh dan berbudaya.

    Dalam konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur pendidikan sebagai proses pembudayaan dapat dilakukan dengan cara

1. Memasukkan mata pelajaran muatan lokal yang mengajarkan nilai-nilai luhur budaya lokal Nusa Tenggara Timur, seperti tari, musik, dan bahasa daerah.

2. Menciptakan lingkungan belajar yang berbasis budaya lokal Nusa Tenggara Timur, seperti dengan menggunakan bahasa daerah dalam pembelajaran dan memasang hiasan-hiasan atau simbol-simbol budaya lokal Nusa Tenggara Timur

3.  Mendorong peserta didik untuk aktif dalam kegiatan budaya lokal Nusa Tenggara Timur, seperti kegiatan seni, olahraga, dan keagamaan.

4. Memberikan contoh perilaku yang baik oleh pendidik yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya lokal Nusa Tenggara Timur.

Dengan menerapkan pendidikan sebagai proses pembudayaan dalam konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur, diharapkan dapat menghasilkan generasi penerus yang memiliki pemahaman dan apresiasi yang baik terhadap budaya lokalnya, serta memiliki karakter yang kuat dan tangguh.

2.     Mengintegrasikan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah Melalui Pendidikan

Nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah Nusa Tenggara Timur dapat diintegrasikan dalam pendidikan melalui berbagai kegiatan, seperti:

a.   a.  Kearifan lokal

Kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang telah diwariskan oleh nenek moyang dan masih dipegang teguh oleh masyarakat. Kearifan lokal dapat menjadi sumber belajar yang berharga bagi murid. Dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus berakar pada budaya lokal. Dengan demikian, murid dapat belajar tentang budaya mereka sendiri dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh:

1)    Pembelajaran tentang mitos dan legenda

Murid dapat diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan mitos dan legenda, seperti pertunjukan seni dan budaya, atau kegiatan adat istiadat. Dengan kegiatan ini, murid dapat merasakan secara langsung budaya Nusa Tenggara Timur yang tercermin dalam mitos dan legenda.

a)     Mitos tentang Fatu Atoni

Mitos tentang Fatu Atoni mengisahkan tentang sebuah batu yang dipercaya menelan dua anak manusia. Fatu Atoni dipercaya sebagai tempat tinggal roh-roh orang yang telah meninggal.

b.    b. Pembelajaran tentang seni dan kerajinan

Murid dapat diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan seni dan kerajinan, seperti pertunjukan seni dan budaya, atau kegiatan pameran seni dan kerajinan. Dengan kegiatan ini, murid dapat merasakan secara langsung Nusa Tenggara Timur yang tercermin dalam seni dan kerajinan

1)    Tenun ikat

Tenun ikat merupakan salah satu seni dan kerajinan yang paling terkenal di Nusa Tenggara Timur. Tenun ikat Nusa Tenggara Timur memiliki motif yang unik dan beragam.

2)    Ukiran kayu

Ukiran kayu merupakan seni dan kerajinan yang banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur. Ukiran kayu Nusa Tenggara Timur biasanya digunakan untuk menghias rumah adat, perahu, atau benda-benda lain.

3)    Anyaman

Anyaman merupakan seni dan kerajinan yang banyak ditemukan Nusa Tenggara Timur. Anyaman Nusa Tenggara Timur biasanya digunakan untuk membuat tikar, topi, atau benda-benda lain

c.      Pembelajaran tentang nilai-nilai moral dan etika

Kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai moral dan etika dapat dilakukan dengan   Murid dapat diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai moral dan etika, seperti kegiatan gotong royong, kegiatan bakti sosial, atau kegiatan diskusi. Dengan kegiatan ini, murid dapat menerapkan nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut adalah beberapa contoh nilai-nilai moral dan etika di Nusa Tenggara Timur:

1)    Kerja keras

Kerja keras merupakan salah satu nilai moral yang penting di Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Nusa Tenggara Timur percaya bahwa dengan kerja keras, mereka dapat mencapai kesuksesan.

d.     Kegiatan bermain permainan tradisional yang mengandung nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah Nusa Tenggara Timur.

Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan budaya yang beragam. Salah satu wujud kekayaan budaya Nusa Tenggara Timur adalah permainan tradisional. Permainan tradisional Nusa Tenggara Timur tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah.

Berikut adalah beberapa contoh permainan tradisional Nusa Tenggara Timur yang mengandung nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah:

1)    Bermain Rangkuk Alu Rangkuk Alu adalah permainan tradisional yang berasal dari daerah Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Permainan ini melatih konsentrasi dan keterampilan motorik. Dalam permainan tersebut, bambu disusun dan dimainkan secara diayunkan seperti menjepit beberapa orang pemain. Salah satu atau dua pemain lompat-lompat menghindari jepitan dari bambu tersebut.

2)    Permainan music

Permainan musik merupakan permainan tradisional yang dimainkan dengan alat musik tradisional. Beberapa alat musik tradisional Nusa Tenggara Timur yang sering digunakan dalam permainan musik adalah gendang, gong, dan tifa.

Masih banyak lagi permainan tradisional Nusa Tenggara Timur yang mengandung nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah. Permainan-permainan tradisional ini dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah kepada generasi penerus.

e.      Kunjungan ke tempat-tempat yang mengandung nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah Nusa Tenggara Timur

Kunjungan ke tempat-tempat yang mengandung nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah Nusa Tenggara Timur seperti: Kunjungan ke Museum Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Komodo, Danau Kelimutu dan lain lain.

Sebagai contoh Dengan mengujungi Museum Nusa Tenggara Timur yang terletak di Kota Kupang. Mampu memahami bahwa Museum ini menyimpan berbagai koleksi yang berkaitan dengan sejarah, budaya, dan seni Nusa Tenggara Timur. Koleksi-koleksi tersebut antara lain adalah benda-benda purbakala, senjata tradisional, alat musik tradisional, dan pakaian adat.

Kunjungan ke Museum Nusa Tenggara Timur dapat memberikan wawasan tentang sejarah, budaya, dan seni Nusa Tenggara Timur. Pengunjung dapat mempelajari tentang kehidupan masyarakat Nusa Tenggara Timur di masa lalu dan masa kini.

Tempat-tempat di atas dapat menjadi tempat yang mengandung nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah Nusa Tenggara Timur. Melalui kegiatan di tempat-tempat tersebut, generasi muda dapat memperkenalkan dan memahami kearifan budaya daerah Nusa Tenggara Timur serta menghargai dan melestarikannya.

f.       Kegiatan bakti sosial dan kegiatan di lingkungan masyarakat

Kegiatan bakti sosial dan kegiatan di lingkungan masyarakat di Nusa Tenggara Timur sangatlah beragam. Beberapa contoh kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1)    Pemberian bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan

Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh organisasi sosial atau pemerintah daerah. Bantuan yang diberikan dapat berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, atau pengobatan.

2)    Melakukan Pembersihan lingkungan

Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh masyarakat secara mandiri atau bekerja sama dengan pemerintah daerah.

3)    Pelestarian budaya

Kegiatan ini dilakukan untuk melestarikan budaya tradisional Nusa Tenggara Timur. Kegiatan ini dapat berupa penyelenggaraan festival budaya, pelatihan seni dan kerajinan tradisional, atau pengembangan situs budaya.

4)    Pemberdayaan masyarakat

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Kegiatan ini dapat berupa pelatihan keterampilan, pendampingan usaha, atau pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Kesimpulan

Pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan masih relevan untuk diterapkan dalam konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur. Dengan menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, diharapkan peserta didik dapat menjadi individu yang berkarakter dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Berdasarkan materi diatas , dapat disimpulkan bahwa pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan masih relevan untuk diterapkan dalam konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur Beberapa alasan yang mendukung kesimpulan tersebut antara lain:

1.     Afirmasi Pemerintah untuk Majukan Pendidikan di Nusa Tenggara Timur Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memberikan afirmasi untuk memajukan pendidikan di Nusa Tenggara Timur Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan masih relevan dan perlu diterapkan di daerah Nusa Tenggara Timur.

2.     Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan telah menjadi landasan filosofis dalam pendidikan di Indonesia. Konsep “Taman Siswa” yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara menjadi landasan filosofis dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan masih relevan dan perlu diterapkan di daerah Nusa Tenggara Timur.

3.     Nilai Kearifan Lokal di Daerah Nusa Tenggara Timur. Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan budaya dan keragaman suku serta agama yang hidup berdampingan. Nilai-nilai kearifan lokal di daerah Nusa Tenggara Timur dapat berinteraksi dalam pendidikan dengan menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan. Hal ini dapat membantu memperkenalkan dan menghargai kearifan budaya daerah Nusa Tenggara Timur serta mengembangkan karakter dan keterampilan praktis pada siswa.

4.     Analisis pengukuran Kinerja Guru Berdasarkan Konsep Among System KI Hajar Dewantara Konsep Among System menurut Ki Hajar Dewantara mencakup tiga aspek yaitu asah, asih, dan asuh. Aspek-aspek tersebut dapat dijadikan acuan dalam pengukuran kinerja guru di daerah Nusa Tenggara Timur. Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan masih relevan dan perlu diterapkan di daerah Nusa Tenggara Timur

Dari beberapa alasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan masih relevan untuk diterapkan dalam konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur. Penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dapat membantu memperkenalkan dan menghargai kearifan budaya daerah Nusa Tenggara Timur serta mengembangkan karakter dan keterampilan praktis pada siswa.

Rekomendasi

Untuk mengimplementasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam konteks lokal sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Timur, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, yaitu:

Pemerintah

Pemerintah perlu memberikan kebijakan dan dukungan anggaran untuk pengembangan pendidikan yang berbasis kearifan budaya daerah.

Pendidik

Pendidik perlu memahami dan menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran.

Masyarakat

Masyarakat perlu mendukung pendidikan yang berbasis kearifan budaya daerah.

          Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, diharapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat diterapkan secara optimal dan dapat menghasilkan peserta didik yang berkarakter dan menjadi anggota masyarakat yang baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEMINAR PPG Tahap Refleksi Pengalaman Belajar Setiap Mata Kuliah

AKSI NYATA ASESMEN II

Pemetaan Tantangan dan Kekuatan Guru Profesional.